Our Pastors
Our Story
Gereja Methodist Indonesia (GMI) Bethlehem adalah induk dari gereja-gereja berbahasa Tionghoa yang ada di Kota Palembang. Diawali pada tahun 1894 dengan beberapa orang misionaris wanita Methodist di Singapura mengunjungi Palembang1 dan mereka menyebarluaskan brosur- brosur yang berisi cerita Alkitab khusus untuk masyarakat Tionghoa. Tetapi visi mereka mengabarkan Injil di kota tertua di Sumatera ini baru terwujud pada tahun 1908.
Pada tahun 1907, Pdt. John Russel Denyes2 , yang telah menjadi Pimpinan Distrik untuk Hindia Belanda, menuju Kota Palembang. Dia melihat betapa besarnya keinginan penduduk Palembang, terutama orang Tionghoa, akan kehadiran sekolah berbahasa Inggris. Dalam kunjungan itu, ia bertemu dengan beberapa orang Ambon dan Menado yang bekerja pada pemerintahan kolonial, baik sebagai militer maupun pegawai kantor, dan umumnya beragama Kristen. Karena di Palembang pada waktu itu belum ada pendeta Gereja Protestan yang bisa berbahasa Melayu pendeta Belanda yang ada di Palembang hanya melayani orang Eropa dan Eurasia maka mereka ini memohon kepada Denyes agar berkenan mengutus seseorang pekerja untuk melayani mereka. Dalam rangka memenuhi kedua kebutuhan inilah, maka pada akhir Maret 1908, Solomon Pakhianathan3 dipindahkan dari Medan ke Palembang4.
Tidak lama setelah Pakianathan tiba di Palembang, dia memulai kebaktian dalam bahasa Melayu yang dihadiri orang-orang Kristen (Menado, Ambon) yang ada di sana. Tanggal 1 Juli 1908 dia juga membuka sekolah Inggris (The Methodist Mission School) bertempat di Lorong Basah5 . Oleh karena jumlah muridnya dengan cepat dan bertambah-tambah – pada tahun 1912 sudah ratusan orang – yang umumnya anak-anak orang Tionghoa, yang rata-rata mampu membayar uang sekolah, maka dari sejak awal sekolah itu langsung mampu melakukan self-support.
Pakianathan sangat rajin mendekati orang-orang Tionghoa, terutama orang tua dari murid-murid sekolah yang berada dalam asuhannya. Pada tang- gal 25 Juli 1909 waktu Denyes mengadakan kunjungan selaku Pemimpin Distrik, jemaat itu diresmikan sebagai jemaat pertama di Sumatera Selatan. Anggotanya terdiri dari berbagai kelompok etnis: Tionghoa (peranakan), India, Ambon, sehingga Denyes menamakan jemaat itu dengan “a small beginning of a Chinese – Ambonese – Tamil church.”
Kurang lebih sepuluh tahun Pakianathan dibantu oleh dua orang asisten yakni Sundara Raj dan Pooniah, telah meletakkan dasar fondasi misi Methodist di Palembang tanpa bantuan apa-apa dari Badan Misi Methodist.Pada tahun 1917 dia dipindahkan ke Malaya, tempat pelayanannya sebelum ke Sumatera. Tahun 1917 seorang pekerja Tionghoa bernama Ding Hong Sek6 (Diong Hong Sik) didatangkan dari Jawa untuk melayani jemaat Tionghoa di Palembang. Sejak kedatangan Ding Hong Sek di Palembang diadakanlah dua kebaktian, masing-masing dalam bahasa Melayu dan Tionghoa, yang hingga sekarang masih berjalan (sekarang GMI Efrata dan GMI Bethlehem)7. Dan jemaat Tionghoa saat ini dikenal dengan nama GMI Bethlehem, yang menggunakan bahasa Mandarin yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah beberapa tahun direncanakan, maka Gereja Methodist berbahasa Tionghoa (GMI Bethlehem), atas dorongan dari Central School Committe (Badan Pendidikan di GMI) membuka Taman Kanak-Kanak (TK). GMI Bethlehem yang kala itu dipimpin Pdt. Tan Peng Koen membuka TK ini pada tahun 1952 di Jl. Talang Jawa Lama No. 188 (sekarang menjadi Jl. Kol. Atmo No. 422) di atas sebidang tanah yang luasnya 857 meter persegi. Di lantai 4 TK-SD Methodist 2 inilah sekarang dibuat Bethlehem Upper Room.
Pada tahun 1958 dibuka SR (Sekolah Rakyat, sekarang SD) oleh Pdt. Yap Tian Ping, gembala sidang GMI berbahasa Tionghoa (1958-1970) dan merangkap sebagai kepala sekolah selama lebih kurang lebih 13 tahun. Setelah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan maka Bupati Kepala Pemerintahan Umum Kotapraja Palembang memberikan izin operasional kepada TK dan sekaligus SD pada tanggal 26 Nopember 1958 dengan Nomor 44/KP/PP/1958 dan 45/KP/PP/1958.
Pada tahun 1965, ketika masa Pdt. Yap Tian Ping sebagai pimpinan jemaat GMI berbahasa Tionghoa, gereja membeli sebidang tanah persis di seberang bangunan lama (kini Jl. Kol. Atmo 450) seluas 2.931 m2 dan membangun gedung permanen berukuran 56 m x 8 m yang terdiri dari 7 lokal belajar, di mana bangunan ini baru dibangun satu lantai dari tiga lantai yang direncanakan. Pada masa Pdt. Chen Sao Chi ini Sekolah Methodist 2 membuka jenjang SMP pada tahun 1974 dan jenjang SMA pada tahun 1979. Dan terakhir pada tahun 2014 didirikan tingkat SMK.
Saat ini Sekolah Methodist 2 Palembang memiliki lebih dari 1.200 orang murid dan 100 orang guru dan karyawan. Dengan letak yang strategis di daerah perkotaan dan pusat sentra bisnis dan pendidikan, Sekolah Methodist 2 Palembang, menjadi salah satu sekolah swasta pilihan di Kota Palembang. Sekolah ini terus memacu diri untuk menjadi sekolah kristen yang terbaik di Kota Palembang.